Viral! Uskup Agung Kupang Menantang Ombak Demi Umat: Kisah Mgr. Hironimus Pakaenoni di Pulau Terpencil NTT


Kupang, Nusa Tenggara Timur Kisah luar biasa datang dari ujung timur Indonesia. Seorang gembala sejati, Mgr. Hironimus Pakaenoni, Uskup Agung Kupang, menjadi sorotan publik setelah videonya menyeberang menggunakan pelampung kecil demi menjumpai umat di Pulau Ndao, Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, viral di media sosial.

Dalam laporan yang diberitakan oleh TribunFlores.com pada Sabtu, 18 Oktober 2025, peristiwa itu terjadi saat Uskup Hironimus melakukan kunjungan pastoral ke salah satu pulau terluar di barat Pulau Rote. Tidak adanya dermaga membuat sang uskup harus turun ke laut dan menumpangi pelampung sederhana berbentuk balok gabus untuk sampai ke pantai.

Walau mengenakan jubah kebesaran, beliau tetap melangkah dengan tenang di tengah ombak dan angin laut yang cukup kencang. Adegan itu terekam jelas dalam video berdurasi singkat yang kini beredar luas di berbagai platform sosial media.

Momen Haru di Tengah Ombak

Dalam video tersebut, tampak Mgr. Hironimus dibantu beberapa umat lokal yang menjaga keseimbangan pelampung agar tidak terbalik. Air laut yang cukup dalam dan ombak yang terus berdebur menambah kesan dramatis dari peristiwa itu.

Beberapa umat di pantai terlihat menunggu dengan tangan berdoa, sementara suara tawa dan tangisan haru terdengar bersamaan. Begitu tiba di darat, umat spontan menyambut dan memeluk sang uskup dengan sukacita.

Menurut keterangan yang diberitakan TribunFlores.com, aksi tersebut terjadi karena kondisi medan di Pulau Ndao yang tidak memiliki pelabuhan resmi. Perahu motor yang ditumpangi sang uskup hanya bisa berlabuh sekitar 50 meter dari bibir pantai. Selebihnya harus ditempuh dengan cara manual menggunakan pelampung nelayan tradisional.

Beliau tidak ragu turun ke laut demi menemui umat. Ini momen yang tak akan kami lupakan,” kata seorang warga yang menjadi saksi kejadian itu sebagaimana dilaporkan media tersebut.

Baca Juga:

Presiden Prabowo Saksikan Jaksa Agung Serahkan Uang Korupsi CPO Rp13,2 Triliun ke Menkeu

Perjalanan Panjang Sang Gembala

Mgr. Hironimus Pakaenoni bukan nama asing di kalangan umat Katolik NTT. Ia ditunjuk sebagai Uskup Agung Kupang oleh Paus Fransiskus pada 9 Maret 2024, menggantikan almarhum Mgr. Petrus Turang. Penahbisan resminya berlangsung di Kupang pada 9 Mei 2024.

Sejak awal pelayanan, beliau dikenal sebagai sosok rendah hati, sederhana, dan dekat dengan masyarakat kecil. Dalam berbagai kesempatan, ia selalu mengajak umat untuk “tidak hanya berbicara tentang kasih, tetapi mempraktikkan kasih itu di tengah kehidupan nyata.”

Motto penggembalaannya, “Pasce Oves Meas” (Gembalakanlah Domba-DombaKu), menjadi pedoman hidup rohaninya. Dan pada momen di Pulau Ndao itu, motto tersebut bukan hanya kata-kata  melainkan nyata dalam tindakan.

Menghadapi Risiko dengan Iman


Kondisi laut NTT pada Oktober dikenal cukup ekstrem. Ombak tinggi dan arus deras sering menghambat kapal kecil untuk berlabuh. Namun, semua itu tidak menyurutkan niat sang uskup untuk hadir bersama umat di pulau terpencil yang jarang dikunjungi pejabat gereja.

Menurut laporan tambahan dari RoolNews.id dan RRI Kupang, kunjungan pastoral ini merupakan bagian dari safari pelayanan rohani ke beberapa paroki di Kabupaten Rote Ndao, termasuk Nemberala, Oelua, dan Ba’a. Pulau Ndao menjadi titik terakhir sebelum beliau kembali ke Kupang.

Beberapa pendamping pastoral bahkan sempat menyarankan agar perjalanan ke Ndao ditunda karena kondisi laut tidak bersahabat. Namun, Mgr. Hironimus menolak. Ia hanya menjawab dengan senyum:

 “Kalau umat sudah menunggu, maka saya harus datang. Tuhan akan menjaga.”

Sebuah kalimat yang sederhana, tetapi mencerminkan keyakinan mendalam dan keberanian luar biasa.

Cinta yang Menembus Ombak


Kedatangan Uskup Hironimus di Pulau Ndao disambut hangat oleh ratusan umat Katolik setempat. Mereka sudah menyiapkan doa bersama dan misa syukur kecil di Kapela St. Yosef. Meski sederhana, suasana penuh sukacita.

“Beliau datang bukan dengan kemewahan, tapi dengan kasih,” ujar seorang tokoh umat yang dikutip dari media lokal.

Kehadiran sang uskup menjadi simbol harapan bagi masyarakat pulau yang selama ini merasa terisolasi. Banyak di antara mereka jarang mendapat kunjungan pejabat gereja karena jarak yang jauh dan akses transportasi yang sulit.

Namun kali ini berbeda  sang gembala tertinggi di Keuskupan Agung Kupang datang sendiri, melewati ombak dan risiko demi menyapa mereka satu per satu.

Viral dan Menginspirasi Dunia Maya

Setelah video tersebut diunggah ke media sosial oleh salah satu warga, rekamannya langsung viral. Dalam waktu kurang dari 24 jam, tayangan itu telah dibagikan ribuan kali di Facebook, Instagram, dan platform X (Twitter).

Komentar positif pun bermunculan. Banyak yang menyebut aksi sang uskup sebagai bentuk keteladanan kepemimpinan sejati — pemimpin yang tidak hanya memerintah dari atas, tetapi mau hadir dan berkorban bersama rakyatnya.

Seorang pengguna menulis:

 “Ini bukan hanya kisah tentang agama. Ini kisah tentang cinta, keberanian, dan kemanusiaan.”

Video itu bahkan menarik perhatian warganet dari luar NTT, termasuk dari Malaysia dan Filipina yang menganggap tindakan Mgr. Hironimus sebagai contoh nyata semangat pelayanan Gereja Asia.

Arti Sebuah Kunjungan Pastoral

Dalam tradisi Gereja Katolik, kunjungan pastoral merupakan misi seorang uskup untuk hadir langsung di tengah umat, mendengarkan mereka, merayakan Ekaristi, serta memperkuat iman komunitas lokal.

Namun bagi NTT  provinsi dengan ratusan pulau kecil  kunjungan seperti ini bukan sekadar agenda rutin. Ini adalah perjalanan penuh pengorbanan, menembus gelombang laut, badai, dan keterbatasan infrastruktur.

Pulau Ndao sendiri hanya dapat diakses dengan kapal kecil dari Ba’a, dengan waktu tempuh sekitar dua jam tergantung cuaca. Tidak ada pelabuhan besar; kapal harus berhenti jauh dari pantai. Kondisi inilah yang membuat sang uskup harus menggunakan pelampung gabus buatan warga.

Peristiwa tersebut kini dikenang bukan sekadar sebagai momen unik, tetapi juga sebagai ikon pelayanan gereja di wilayah kepulauan Indonesia.

Dari Laut ke Hati Umat

Sesampainya di daratan, Mgr. Hironimus tidak langsung beristirahat. Ia justru mengumpulkan anak-anak dan kaum muda, mengajak mereka berdialog tentang pendidikan, iman, dan masa depan. Ia juga memberkati beberapa rumah nelayan yang baru dibangun dengan gotong royong umat paroki.

“Kita mungkin tinggal di pulau kecil, tapi kasih Tuhan tidak pernah kecil,” katanya dalam khotbah singkatnya di depan umat Pulau Ndao.

Ucapan itu disambut tepuk tangan panjang. Air mata kebahagiaan menetes di pipi beberapa ibu yang hadir di barisan depan.

Keteladanan Seorang Pemimpin Rohani


Tindakan Uskup Hironimus mendapat pujian dari berbagai pihak. Pemerintah Kabupaten Rote Ndao menyebut kehadiran beliau sebagai inspirasi bagi para pejabat untuk lebih sering turun ke masyarakat.

Sementara Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) NTT menilai aksi itu sebagai wujud toleransi dan pelayanan lintas batas.

 “Ini bukan hanya pelayanan agama, tetapi pesan moral untuk semua pemimpin: keberanian, kesederhanaan, dan kehadiran nyata di tengah rakyat,” ujarnya.

Bagi Gereja Katolik sendiri, tindakan Mgr. Hironimus menjadi cermin dari visi Paus Fransiskus tentang “gembala yang berbau domba”  pemimpin yang benar-benar hidup bersama umatnya, bukan sekadar hadir di mimbar.

Simbol Kepemimpinan yang Menyentuh Dunia

Tak lama setelah video viral itu beredar, beberapa media nasional turut mengangkat kisahnya sebagai berita utama. Banyak jurnalis menilai bahwa kisah ini adalah “napas segar” di tengah berita-berita politik yang panas.

Bahkan sejumlah komunitas lintas iman di Kupang menyatakan kekaguman mereka. Mereka melihat tindakan sang uskup sebagai refleksi nilai kemanusiaan universal: cinta, keberanian, dan solidaritas.

Uskup Hironimus sendiri tetap merendah. Dalam wawancara singkat dengan RRI Kupang, ia berkata:


 “Saya hanya menjalankan tugas. Kalau umat sudah menunggu, saya harus datang. Ombak bukan penghalang bagi kasih.”


Kata-kata itu semakin mengukuhkan citranya sebagai pemimpin rohani yang sederhana, tegas, dan menginspirasi.

Ombak Kasih yang Tak Pernah Padam

Kini, beberapa minggu setelah video itu viral, kisahnya masih dibicarakan. Banyak umat menjadikannya bahan renungan dan inspirasi. Di berbagai misa di Kupang dan Rote, para imam sering menyinggung peristiwa itu sebagai contoh pelayanan yang berani dan tulus.

Bagi masyarakat NTT, Mgr. Hironimus bukan hanya seorang uskup ia adalah simbol kasih yang menembus ombak.

Dalam gelombang laut yang deras, ia hadir membawa damai. Dalam kesederhanaan pelampung gabus, ia menunjukkan kebesaran hati. Dan dalam keheningan pulau kecil di perbatasan selatan Indonesia, ia mengajarkan dunia arti sebenarnya dari pengorbanan.



Vidionya 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Inosentius Samsul: 35 Tahun di DPR Hingga Jadi Hakim Mahkamah Konstitusi

PPPK Paruh Waktu Diangkat Menjadi Penuh Waktu: Desakan DPR dan DPD RI ke Pemerintah untuk Segera Bertindak

Permata Tersembunyi di Manggarai Barat: Menjelajahi Air Terjun Cunca Polo

Cara Cek PKH dan PIP 2025 Lewat HP: Panduan Lengkap, Mudah, dan Resmi

Tenaga Kerja Asal Bajawa Diduga Disiksa di Sebuah Yayasan di Bogor, Dibebaskan NTT Bogor Raya