Festival Golo Koe 2025 Labuan Bajo: Karnaval Budaya, Prosesi Laut & UMKM Lokal
![]() |
Festival Golo Koe 2025 |
Festival Golo Koe merupakan perayaan tahunan yang dimulai pada tahun 2022, setelah Keuskupan Labuan Bajo resmi berdiri pada 21 Juni 2024 sebagai keuskupan ke-38 dan termuda di Indonesia. Festival ini bertujuan untuk mempererat tali persaudaraan antarumat beragama, mempromosikan budaya lokal, dan mendukung pariwisata berkelanjutan di wilayah Nusa Tenggara Timur. Tema Festival Golo Koe 2025 adalah “Keuskupan Labuan Bajo: Merajut Kebangsaan dan Pariwisata Berkelanjutan yang Sinodal dan Inklusif”, yang mencerminkan komitmen untuk membangun masyarakat yang harmonis dan berkelanjutan melalui kolaborasi lintas agama, budaya, dan sektor lainnya.
Pembukaan Festival Golo Koe 2025 yang Megah dan Bermakna
Festival Golo Koe 2025 dibuka pada 10 Agustus 2025 di Waterfront Marina Labuan Bajo. Acara dimulai dengan doa bersama yang dipimpin oleh Uskup Labuan Bajo, Mgr. Maksimus Regus, dan dihadiri oleh Wakil Bupati Manggarai Barat, Yulianus Weng, serta pejabat daerah lainnya. Upacara pembukaan juga diwarnai dengan tarian adat dan sambutan yang menekankan pentingnya pelestarian budaya dan lingkungan. Wakil Bupati Yulianus Weng menyatakan, “Festival ini adalah panggung persatuan budaya sekaligus ajang untuk menumbuhkan kesadaran akan pariwisata berkelanjutan. Labuan Bajo harus dikenal bukan hanya sebagai destinasi wisata alam, tetapi juga kota yang menghargai warisan budaya dan lingkungan.”
Merayakan Keberagaman Nusantara
Puncak festival terjadi pada 12 Agustus 2025 dengan Karnaval Budaya yang diikuti lebih dari 50 kelompok peserta dari berbagai daerah seperti Manggarai, Sumba, Rote, Timor, Bali, dan Jawa. Peserta mengenakan busana adat penuh warna, menampilkan tarian dan musik tradisional yang memukau ribuan penonton. Tarian Kolosal Maria Assumpta Nusantara melibatkan sekitar 400 siswa-siswi dari berbagai sekolah, menampilkan formasi gerakan yang selaras dan indah. Eren, salah satu penari dari komunitas Legio Maria, mengatakan, “Saya bangga bisa ikut serta dan menampilkan tarian ini. Ini juga menunjukkan semangat kebersamaan kami.”
Selain tarian, karnaval juga menampilkan berbagai atraksi kreatif dari komunitas lokal, seperti pameran mini alat musik tradisional, fashion etnik, dan workshop tari rakyat. Ribuan pengunjung memadati rute karnaval, menciptakan suasana meriah dan penuh energi.
Prosesi Laut: Harmoni Iman dan Alam
Pada 14 Agustus 2025, prosesi laut menjadi bagian penting festival. Patung Bunda Maria Assumpta diarak melalui perairan Labuan Bajo dengan iring-iringan kapal pinisi, kapal open deck, dan 50 ketinting nelayan tradisional. Rute dimulai dari Dermaga Biru Kampung Ujung, melewati Pulau Bajo, Pulau Monyet, dan Pantai Pede, sebelum berakhir di Waterfront City. Prosesi ini bukan hanya ritual keagamaan, tetapi juga simbol perlindungan bagi pelaut dan refleksi atas kekayaan laut yang harus dijaga bersama. Pengunjung asal Ruteng, Tari, menyebut, “Melihat prosesi di laut terasa sangat magis. Saya bisa merasakan kedamaian sekaligus kekayaan budaya Labuan Bajo.”
Selama prosesi, umat dari berbagai komunitas agama ikut menyanyikan lagu rohani dan doa bersama, memperlihatkan semangat toleransi dan kebersamaan.
UMKM: Panggung Ekonomi Kreatif
Festival Golo Koe 2025 juga menjadi wadah promosi bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Sekitar 170 pelaku UMKM menampilkan produk tenun ikat, kuliner khas, kerajinan tangan, dan suvenir lokal. Aleks Liwu, penjual tenun, mengungkapkan, “Ini kesempatan emas untuk mempromosikan produk kami. Banyak wisatawan yang tertarik membeli dan bertanya tentang proses pembuatannya.” Partisipasi UMKM tidak hanya meningkatkan pendapatan masyarakat, tetapi juga memperkenalkan kekayaan budaya daerah kepada wisatawan domestik dan mancanegara.
Pesan dari Festival
Uskup Labuan Bajo, Mgr. Maksimus Regus, menekankan pentingnya pariwisata yang berkelanjutan: “Keindahan Labuan Bajo adalah titipan generasi mendatang. Pariwisata harus membawa manfaat tanpa merusak alam atau menyingkirkan masyarakat lokal.” Festival ini juga menghadirkan edukasi lingkungan, termasuk kegiatan bersih-bersih pantai dan kampanye pengurangan sampah plastik, melibatkan pelajar, komunitas, dan wisatawan. Ini menjadi langkah nyata membangun kesadaran ekologis di kalangan masyarakat.
Festival ditutup pada 15 Agustus 2025 dengan misa penutupan di Gereja Stela Maris Labuan Bajo, menghadirkan umat dari berbagai daerah. Misa ini menjadi refleksi seluruh rangkaian acara: dari karnaval budaya, tarian kolosal, prosesi laut, hingga pameran UMKM. Keberhasilan FGK 2025 menunjukkan bahwa Labuan Bajo mampu menjadi destinasi wisata komprehensif, menawarkan pengalaman budaya, spiritual, dan alam sekaligus. Lebih dari hiburan, festival menegaskan nilai toleransi, pelestarian budaya, dan keberlanjutan lingkungan, menjadi contoh pariwisata yang memberi manfaat nyata bagi masyarakat lokal.
Komentar
Posting Komentar