Sihanakhon di Wat Phu Man Fah: Buriram Menuju Ikon Wisata Baru Thailand



Buriram, salah satu provinsi di timur laut Thailand, kembali menjadi sorotan. Setelah lama dikenal dengan Phanom Rung Historical Park dan stadion sepak bola Chang Arena, kini provinsi ini menghadirkan sebuah proyek raksasa yang disebut-sebut akan menjadi daya tarik wisata kelas dunia. Proyek tersebut adalah pembangunan Sihanakhon di Wat Phu Man Fah, sebuah kompleks candi batu pasir yang diklaim bakal menjadi candi batu pasir terbesar di dunia.

Pemandangan megah pembangunan Sihanakhon seolah mengingatkan wisatawan pada masa kejayaan arsitektur batu kuno di Asia Tenggara. Dinding batu pasir yang tinggi, relief yang detail, serta rancangan menara yang menjulang, menghadirkan suasana monumental yang belum pernah ada sebelumnya di Buriram.

Terletak di Hati Buriram

Kompleks ini berlokasi di Wat Phu Man Fah, sebuah kuil Buddha yang berdiri di Distrik Nang Rong. Kawasan ini berada di jantung Isan (timur laut Thailand), daerah yang selama ini terkenal dengan situs sejarah dan kekayaan budaya. Wat Phu Man Fah sendiri awalnya hanya sebuah tempat meditasi dan pusat kegiatan agama, namun berkembang menjadi proyek ambisius setelah muncul gagasan membangun sebuah candi batu pasir berskala besar.

Lokasi pembangunan dipilih di Ban Nong Bua Rai, desa yang tenang dan masih mempertahankan nuansa pedesaan khas Thailand. Tanah tempat berdirinya kompleks ini dihibahkan oleh seorang dermawan, lalu sejak akhir 1990-an dimulai pembangunan awal yang dipimpin oleh Luang Pho Daeng, seorang biksu terkemuka.

Arsitektur Terinspirasi Candi Kuno Thailand

Sihanakhon tidak dibangun begitu saja tanpa rujukan sejarah. Desainnya mengambil inspirasi dari berbagai candi kuno Thailand yang sarat nilai budaya dan agama, antara lain:
  • Prasat Hin Phanom Rung di Buriram, yang terkenal dengan fenomena matahari terbit tepat di gerbang utamanya.
  • Candi Muang Tam, kompleks bersejarah dengan kolam air suci yang melambangkan kesucian hidup.
  • Candi Phimai di Nakhon Ratchasima, peninggalan penting dari era Khmer yang berada di wilayah Thailand.
  • Phra Prang Sam Yot di Lopburi, simbol pertemuan antara Hindu dan Buddha di masa lalu.
Perpaduan elemen arsitektur ini menciptakan sebuah karya monumental yang bukan sekadar tempat ibadah, melainkan juga destinasi wisata budaya. Dengan penggunaan batu pasir sebagai material utama, pengunjung akan merasakan nuansa arkeologi klasik yang seolah membawa kembali ke zaman kerajaan kuno.

Klaim sebagai Candi Batu Pasir Terbesar di Dunia

Sejak diumumkan secara resmi pada tahun 2021, proyek Sihanakhon langsung menarik perhatian publik. Tidak hanya karena ukuran dan ambisinya, tetapi juga karena klaim bahwa bangunan ini akan menjadi candi batu pasir terbesar di dunia.

Kompleks ini terdiri dari menara pusat, ruang ibadah, halaman luas, serta ukiran yang menceritakan kisah spiritual dan budaya. Setiap batu pasir yang dipahat menjadi simbol tekad untuk menghadirkan sebuah mahakarya. Jika selesai sepenuhnya, Sihanakhon tidak hanya menjadi pusat spiritual, tetapi juga ikon wisata internasional yang bisa sejajar dengan Angkor Wat di Kamboja maupun Borobudur di Indonesia.

Daya Tarik Wisata

Bagi wisatawan, Sihanakhon menawarkan pengalaman yang berbeda. Tidak hanya arsitektur megah, tetapi juga nuansa spiritual yang kental. Beberapa daya tarik yang membuatnya layak dikunjungi antara lain:

  • Spot Fotografi: Relief batu pasir dan menara yang menjulang menjadikannya latar foto yang spektakuler.
  • Wisata Religi: Sebagai bagian dari kuil Buddha, tempat ini juga menjadi lokasi meditasi dan doa.
  • Wisata Edukasi: Pengunjung dapat mempelajari sejarah arsitektur Thailand, mulai dari era Khmer hingga pengaruh Hindu-Buddha.
  • Wisata Terpadu: Letaknya yang dekat dengan situs bersejarah lain di Buriram membuat wisatawan bisa menjelajah berbagai destinasi dalam satu perjalanan.

Kontroversi Internasional

Di balik kemegahannya, pembangunan Sihanakhon juga memunculkan kontroversi. Pada pertengahan 2025, pemerintah Kamboja menuduh desain Sihanakhon menyerupai Angkor Wat, warisan dunia UNESCO sekaligus simbol nasional mereka. Tuduhan ini bahkan dibawa ke forum UNESCO World Heritage Committee di Paris.

Pihak Thailand dengan tegas membantah tuduhan tersebut. Menurut mereka, Sihanakhon murni terinspirasi oleh situs arkeologi di Thailand dan bukan replika Angkor Wat. Delegasi Thailand juga menekankan bahwa warisan budaya seharusnya menjadi sarana mempererat hubungan antarbangsa, bukan menimbulkan konflik.

Kontroversi ini justru membuat nama Sihanakhon semakin dikenal luas. Banyak wisatawan yang penasaran ingin melihat langsung bagaimana bentuk candi yang dianggap kontroversial tersebut.

Dampak Ekonomi dan Potensi Masa Depan

Pembangunan Sihanakhon diyakini akan memberi dampak besar bagi ekonomi lokal. Dengan meningkatnya arus wisatawan, sektor perhotelan, transportasi, kuliner, hingga industri kreatif di Buriram diperkirakan akan ikut berkembang.

Selain itu, keberadaan Sihanakhon juga menambah daftar destinasi wisata internasional di Thailand. Jika Borobudur adalah ikon Indonesia, maka Thailand kini memiliki Sihanakhon sebagai simbol baru di kawasan ASEAN.


Sihanakhon di Wat Phu Man Fah adalah bukti nyata bagaimana warisan budaya bisa dihidupkan kembali dengan sentuhan modern. Dengan klaim sebagai candi batu pasir terbesar di dunia, tempat ini berpotensi menjadi destinasi wisata religi, budaya, dan sejarah yang menarik wisatawan global.

Meski sempat menuai kontroversi, keberadaan Sihanakhon telah menjadikan Buriram sorotan dunia. Bagi wisatawan yang ingin menyaksikan kemegahan arsitektur kuno dalam balutan pembangunan modern, Sihanakhon adalah destinasi yang wajib masuk daftar perjalanan ke Thailand.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Inosentius Samsul: 35 Tahun di DPR Hingga Jadi Hakim Mahkamah Konstitusi

Permata Tersembunyi di Manggarai Barat: Menjelajahi Air Terjun Cunca Polo

Pink Beach NTT Dinobatkan Sebagai Pantai Terindah di Dunia 2025

Pantai Mberenang: Permata Tersembunyi di Jalur Wisata Labuan Bajo – Wae Rebo

Fenomena Bendera One Piece Jelang HUT RI ke-80: Simbol Perlawanan, Kritik Sosial, dan Polemik Nasionalisme