Internet Rakyat (IRA): Analisis Lengkap Layanan 5G FWA Rp100 Ribu Tanpa Kabel yang Sedang Menarik Perhatian Publik


Internet Rakyat (IRA) menjadi salah satu layanan internet paling banyak dibicarakan pada 2025. Layanan ini menawarkan akses broadband berbasis 5G Fixed Wireless Access (FWA) dengan tarif sekitar Rp100.000 per 30 hari untuk kecepatan hingga 100 Mbps. Konsep tersebut dinilai mampu mempercepat penyediaan internet berkecepatan tinggi di kawasan yang belum terjangkau fiber optik, terutama di Jawa, Maluku, dan Papua.

Sebagai layanan yang memanfaatkan jaringan tanpa kabel, IRA membuka peluang penetrasi internet yang lebih luas, terutama bagi masyarakat yang selama ini bergantung pada jaringan seluler atau layanan fixed broadband yang terbatas. Artikel ini menyajikan penjelasan lengkap mengenai teknologi, regulasi, perusahaan di balik proyek ini, serta potensi dampaknya bagi pasar broadband Indonesia.


Gambaran Umum Internet Rakyat

IRA diposisikan sebagai layanan internet rumah dan UMKM berbasis sinyal, bukan berbasis kabel. Dengan memanfaatkan 5G FWA dan teknologi Open RAN, layanan ini mengandalkan BTS yang dikembangkan menggunakan sistem jaringan terbuka, sehingga proses distribusinya tidak membutuhkan instalasi kabel optik ke rumah pelanggan.

Konsep tersebut memungkinkan penyedia layanan melakukan ekspansi lebih cepat, terutama di wilayah yang selama ini sulit dijangkau jaringan fiber. Pengguna cukup memasang perangkat penerima sinyal (CPE) di rumah, kemudian layanan dapat langsung aktif tanpa menunggu proses konstruksi fisik kabel.

Baca Juga: 

Mai Go Ite: Simbol Kehadiran Polri untuk Masyarakat Manggarai Barat


Ironi Kesejahteraan Guru di Hari Guru Nasional 2025: Tuntutan Tinggi, Nasib Belum Terpenuhi



Bagaimana Teknologi 5G FWA dan Open RAN Bekerja

FWA adalah metode penyediaan internet tetap (fixed broadband) melalui sinyal nirkabel dari BTS ke perangkat modem pelanggan. Teknologi ini sering dipilih untuk daerah yang tidak memiliki infrastruktur fiber karena biaya pembangunan lebih murah dan waktu implementasi lebih singkat.

Open RAN adalah sistem jaringan yang komponennya tidak dikunci oleh satu vendor. Operator dapat menggunakan perangkat dari berbagai produsen secara fleksibel. Teknologi ini membuat biaya pembangunan BTS lebih rendah dan memungkinkan ekspansi jaringan dilakukan secara cepat dan modular.

Dengan perpaduan 5G dan Open RAN, IRA secara teoritis mampu memberikan:

  • Jangkauan sinyal luas
  • Kecepatan tinggi
  • Biaya operasional lebih efisien
  • Mobilitas pembangunan jaringan lebih cepat

Karena BTS dapat dipasang dalam format micro-cell atau small-cell, cakupan dapat diatur sesuai kebutuhan jumlah pelanggan.


Cakupan Awal dan Alasan Pemilihan Wilayah

Layanan IRA dikabarkan memulai cakupan awal di beberapa wilayah di Jawa, Maluku, dan Papua. Pemilihan wilayah ini berkaitan dengan dua faktor utama:

  1. Kebutuhan internet tinggi di luar jangkauan fiber.

    Banyak kawasan perumahan menengah, desa berkembang, dan wilayah pesisir masih mengandalkan internet seluler dengan biaya tinggi dan kuota terbatas.

  2. Biaya pembangunan kabel di daerah geografis sulit cenderung mahal.

    Dengan menggunakan FWA, operator dapat menghadirkan layanan tanpa investasi jaringan fiber jarak jauh.

Ekspansi lanjutan akan ditentukan melalui mekanisme pra-registrasi.


Pemetaan Minat Melalui Pra-Registrasi

Pra-registrasi menjadi salah satu fondasi penting layanan Internet Rakyat. Mekanisme ini tidak hanya berfungsi mengumpulkan data calon pelanggan, tetapi juga menjadi alat pemetaan minat yang digunakan untuk menentukan prioritas pembangunan jaringan.

Warga yang ingin menggunakan layanan ini diminta mengisi data diri, melakukan verifikasi melalui OTP WhatsApp, kemudian menandai lokasi rumah melalui peta digital. Ini membantu operator memvisualisasikan titik konsentrasi permintaan dalam skala wilayah kecil, seperti desa, kelurahan, atau kecamatan.

Wilayah dengan jumlah pendaftar terbanyak berpotensi menjadi area prioritas pemasangan BTS baru atau peningkatan kapasitas jaringan.


Perusahaan yang Terkait dengan Proyek Internet Rakyat

Sejumlah laporan media arus utama menyebutkan keterlibatan beberapa entitas industri digital dalam layanan ini, di antaranya:

PT Solusi Sinergi Digital Tbk (SURGE / WiFi)

Perusahaan yang aktif mengembangkan infrastruktur digital di Indonesia, terutama jaringan WiFi, transport logistik digital, dan jaringan fiber perkotaan. Anak usaha mereka, PT Telemedia Komunikasi Pratama, disebut-sebut menjadi pelaksana teknis dalam pengoperasian layanan Internet Rakyat.

OREX SAI Inc. dari Jepang

Perusahaan teknologi yang dikenal mengembangkan solusi Open RAN. Mitra ini diduga menjadi penyedia sistem jaringan berbasis Open RAN untuk mendukung model FWA di Indonesia.

Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi)

Sebagai regulator, Komdigi berperan dalam pengelolaan pita frekuensi, khususnya lelang pita 1,4 GHz yang menjadi salah satu spektrum yang disebut digunakan untuk layanan FWA berkecepatan tinggi.

Hingga kini sejumlah dokumen publik terkait seleksi spektrum, komitmen layanan, dan kewajiban pemenang lelang masih menjadi acuan dalam melihat posisi legal dan operasional proyek Internet Rakyat.


Regulasi, Legalitas Spektrum, dan Status Resmi

Pemanfaatan spektrum radio adalah aspek paling krusial dalam layanan internet nirkabel. Operator hanya dapat memberikan layanan broadband bila telah mendapatkan izin penggunaan pita frekuensi dari pemerintah.

Dokumen pengumuman seleksi 1,4 GHz dari Komdigi menyertakan beberapa kewajiban utama:

  • Penyelenggaraan jaringan secara luas
  • Kualitas layanan minimum
  • Kewajiban pembangunan infrastruktur
  • Target implementasi berdasarkan tahun layanan

Jika perusahaan penyelenggara telah memperoleh hak penggunaan spektrum serta memenuhi persyaratan izin jaringan (ISP, JART, dan BWA/5G), maka layanan Internet Rakyat dapat dikatakan berada dalam koridor legal.

Karena proses lelang dan implementasi masih terus berjalan, informasi ini akan terus berkembang.


Keunggulan Layanan bagi Pengguna Rumahan dan UMKM

Konsep Internet Rakyat menawarkan sejumlah keunggulan yang membuatnya menarik di mata publik:

Biaya Lebih Terjangkau

Harga Rp100.000 per 30 hari berada jauh di bawah tarif internet rumah konvensional yang berkisar Rp250.000–Rp400.000 per bulan.

Tidak Membutuhkan Kabel

Rumah kontrakan, kos-kosan, dan perumahan non-fiber dapat menerima layanan tanpa menunggu pembangunan kabel optik.

Kecepatan Tinggi untuk Kebutuhan Modern

Kecepatan hingga 100 Mbps dianggap cukup untuk streaming 4K, rapat daring, gaming, dan kebutuhan UMKM.

Proses Aktivasi Cepat

Karena FWA tidak memerlukan teknisi fiber, proses pemasangan dapat dilakukan hanya dengan menghubungkan perangkat CPE ke sumber daya listrik.


Kekurangan dan Tantangan Implementasi

Selain membawa harapan baru, teknologi FWA juga memiliki keterbatasan yang perlu diperhatikan:

Stabilitas Bergantung Pada Kepadatan Pengguna

Jika terlalu banyak pelanggan tersambung pada satu BTS, kecepatan dapat menurun.

Sensitivitas Terhadap Cuaca dan Hambatan Fisik

Hujan deras atau bangunan tinggi dapat menurunkan kualitas sinyal.

Potensi Kebijakan Fair Usage Policy (FUP)

Walaupun ada klaim “tanpa batas”, operator biasanya memiliki mekanisme manajemen trafik untuk menjaga kualitas jaringan.

Perbedaan Kualitas Menurut Lokasi

Rumah yang berada di balik bukit, lembah, atau area perumahan bertingkat dapat mengalami sinyal lebih lemah.


Dampak Terhadap Industri Broadband Indonesia

Jika layanan ini berhasil diterapkan secara masif dan konsisten, Internet Rakyat berpotensi mengguncang pasar broadband Indonesia:

  • Menekan harga internet rumah
  • Meningkatkan kompetisi antar-operator
  • Mempercepat digitalisasi di wilayah non-fiber
  • Mempercepat pertumbuhan UMKM berbasis daring
  • Mendorong adopsi Open RAN di Indonesia

Selain itu, model ini dapat menjadi alternatif bagi masyarakat yang selama ini mengandalkan data seluler untuk kebutuhan internet harian.


Kesimpulan

Internet Rakyat (IRA) menawarkan model layanan internet nirkabel yang ambisius: murah, cepat, dan tanpa kabel. Dengan dukungan teknologi 5G FWA dan Open RAN, layanan ini berpotensi menjadi salah satu solusi broadband terbesar di Indonesia, khususnya bagi daerah yang belum tersentuh jaringan fiber.

Meski demikian, calon pengguna tetap perlu memantau perkembangan resmi dari regulator dan perusahaan penyelenggara, serta memahami bahwa performa FWA sangat bergantung pada kualitas jaringan seluler di wilayah masing-masing.

Jika seluruh komponen teknis dan regulasi dapat dipenuhi, Internet Rakyat dapat menjadi motor utama percepatan inklusi digital nasional.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Inosentius Samsul: 35 Tahun di DPR Hingga Jadi Hakim Mahkamah Konstitusi

PPPK Paruh Waktu Diangkat Menjadi Penuh Waktu: Desakan DPR dan DPD RI ke Pemerintah untuk Segera Bertindak

Cara Cek PKH dan PIP 2025 Lewat HP: Panduan Lengkap, Mudah, dan Resmi

Permata Tersembunyi di Manggarai Barat: Menjelajahi Air Terjun Cunca Polo

Bangga! Uskup Paskalis Bruno Syukur OFM Terpilih Jadi Anggota Penting Dikasteri Hidup Bakti Hingga 2029